Senin, 14 September 2015

Keutamaan 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah

Dzulhijjah merupakan bulan terakhir dalam kalender Islam. Secara harafiah, Dzulhijjah bermakna "Bulan Haji" hal ini mengacu pada kewajiban ibadah ter-agung di bulan ini, yakni ibadah Haji.




Keutamaan 10 Hari Pertama di Bulan Dzulhijjah
Dari Ibnu Abbas Radhiallahu Anhu
« مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ ». يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ ».
Rasulullah SalAllahu aalaihi wa salam bersabda "Tidak ada satu amal sholeh pun yang lebih dicintai oleh Allah kecuali amalan yang dilakukan pada hari-hari ini (10 hari pertama di bulan Dzulhijjah)"
Para sahabat bertanya "tidak pula lebih dari jihad di jalan Allah ?" Rasulullah menjawab "tidak pula melebihi jihad di jalan Allah, kecuali bagi orang yang berjihad dengan dengan berbekal harta dan jiwanya, lalu tak satupun yang kembali (syahid)"


Dalam surah Al Fajr, ayat 2 disebutkan

"وَلَيَالٍ عَشْرٍ   "
Demi malam yang sepuluh. 

Ada empat penfsiran terhadap sumpah Allah dengan malam yang 10 itu:
1.10 Hari pertama bulan Dzulhijjah
2. 10 hari pertama bulan Ramadan
3. 10 Malam terakhir bulan Ramadan
4. 10 hari pertama bulan Muharram
Dalam kaidah bahasa Arab, kata lail (malam) terkadang juga diinterpretasikan sebagai yaum (siang).
menurut Ibnu Rajab Al Hanbali, makna yang paling tepat adalah merujuk pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.





Ibnul Qayyim Rahima kumullah mengatakan dalam kitabnya Zaadul Ma'ad, mengatakan:

"Sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan lebih utama  dari 10 malam  pertama bulan Dzulhijjah, adapun 10 hari pertama bulan Dzulhijjah lebih utama dari 10 hari terakhir  bulan Ramadan" 
Jadi jelaslah bahwa 10 malam terakhir bulan Ramadan lebih utama karena ada lailatul Qadr, sedangkan 10 hari pertama bulan Dzulhijjah lebih utama siang harinya karena ada hari Nahar dan hari Arafah serta hari Tarwiyah.
Sebagian ulama mengatakan bahwa amalan 1 hari dalam bulan Dzulhijjah sama dengan amalan 1 tahun, bahkan ada yang mengatakan sama dengan 1000 hari. Sedang amalan pada hari Arafah adalah sama dengan amalan 10.000 hari.  Keyakinan ini berdasarkan pada dalil-dalil yang dhaif, namun ada satu dasar hujjah yang kuat yakni  sebuah hadist dari Ibnu Abbas
"Amalan pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah akan dilipat gandakan"


AMALAN YANG DISUNNAHKAN PADA 10 HARI PERTAMA DZULHIJJAH
1. PUASA
Disunnahkan untuk memperbanyak puasa pada tanggal 1 hingga 9 Dzulhijjah, karena Nabi Salallahu alaihi Wa salam mendorong kita untuk memperbanyak amal shalih sedang puasa adalah amal shalih yang terbaik.
Dari Hunaidah bin Khalid, dari isterinya, berkata, "Isteri-isteri Nabi mengatakan :

عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ.
"Rasulullah Salallahu alaihi Wa Salam biasa berpuasa pada 9 hari pertama bulan Dzulhijjah, pada hari Asyura (10 Muharram) dan pada tiga hari tiap bulannya ".
Diantara sahabat yang mempraktikkan amalan puasa sunnah 9 hari pertama bulan Dzulhijjah adalah Ibnu Umar. Ulama yang sependapat dengan ini adalah Ibnu Qotadah, Ibnu Sirrin dan Al Hasan Al Basri.

2. Takbir Dan Dzikir
Pada 10 hari pertama di bulan Dzulhijjah di sunnahkan memperbanyak Takbir, Tahmid, Tahlil dan dzikir. Baik ketika di masjid, di jalan dan di pasar.
Imam Bukhari rahimahullahmenyebutkan,
وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِى أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ أَيَّامُ الْعَشْرِ ، وَالأَيَّامُ الْمَعْدُودَاتُ أَيَّامُ التَّشْرِيقِ . وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ وَأَبُو هُرَيْرَةَ يَخْرُجَانِ إِلَى السُّوقِ فِى أَيَّامِ الْعَشْرِ يُكَبِّرَانِ ، وَيُكَبِّرُ النَّاسُ بِتَكْبِيرِهِمَا . وَكَبَّرَ مُحَمَّدُ بْنُ عَلِىٍّ خَلْفَ النَّافِلَةِ .
Ibnu ‘Abbas berkata, “Berdzikirlah kalian pada Allah di hari-hari yang ditentukan yaitu 10 hari pertama Dzulhijah dan juga pada hari-hari tasyriq.” Ibnu ‘Umar dan Abu Hurairah pernah keluar ke pasar pada sepuluh hari pertama Dzulhijah, lalu mereka bertakbir, lantas manusia pun ikut bertakbir. Muhammad bin ‘Ali pun bertakbir setelah shalat sunnah.[12]

Adapun jenis takbir ada 2 :
1. Takbir yang bersifat Mutlaq . yakni takbir yang tidak dikaitkan dengan batasan waktu dan  tempat.
Takbir ini bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja, seperti saat beralan menuju tempat kerja, ke sekolah, ke pasar dan sebagainya. Bagi laki-laki disunnahkan mengeraskan suaranya (sampai batas tertentu)

2. Takbir yang bersifat Muqoyyad, yakni takbir yang dibatasi waktu dan tempat tertentu. 
Bagi muslim yang wukuf di Aarafah (jamaah Haji) , takbir  dimulai pada waktu Dzhuhur di hari Nahr (hari menyembelih qurban/ 10 Dzulhijjah ) dan berakhir hingga waktu Asyar di hari tasyriq.
Sedang bagi muslim yang tidak hadir di Arafah (bukan jamaah haji), takbir dimulai pada waktu subuh hari Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah) hingga waktu Asyar berakhir di hari Tasyrik.
"Allahu Akbar-Allahu Akbar Laa ilaaha Ilallah Wallahu Akbar, Allahu Akbar Wa lillahilhamdu"

3. Menunaikan Haji Dan Umrah
                                    
 الْعُمْرَِةُ إِلَى الْعُمْرِةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا وَ الْحلَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّالْجَنَّة
  
Nabi Salallahu alaihi wa Salam bersabda "Umrah yang pertama kepada umrah yang berikutnya adalah penebus dosa yang dilakukan antara keduanya, Dan tiadalah balasan bagi Haji mabrur kecuali surga (hadist riwayat Malik, Bikhari, Muslim, Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah)

الْحَجَّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةَ ، قِيْلَ : وَمَا بِرُّهُ؟ قَالَ: ( إِطْعَامُ الطَّعَامِ وَ طِيْبُ الْكَلاَمِ ) 

Dari Jabir Ibn Abdillah, dari Nabi Salallahu Alaihi Wa Salam, "Haji yang mabrur itu, tiada balasannya kecuali surga" Ditanyakan pada beliau, "apakah bentuk bakti orang yang berhaji itu?" jawabnya "memberi makan dan berbicara yang baik" (Hadist riwayat At Thabrani, Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Al Baihaqi dan Al Hakim, shahih lighairihi)

4. Memperbanyak Amal Shaleh
Sebagaimana isi hadist yang diriwayatkan Ibnu abbas, maka dianjurkan memperbanyak amal shalih, diantaranya : Shalat, Puasa, membaca Quran, berdzikir, bersedekah dan amar ma'ruf nahi mungkar.
5. Berqurban
Waktu berqurban adalah dimulai pada hari Nahar (10 Dzulhijjah) hingga hari tasyriq berakhir 11,12,13 Dzulhijjah 

6.Bertaubat
Dianjurkan bagi setiap muslim untuk sungguh-sungguh bertaubat dan menyesali perbuatan dosanya yang telah lalu dan memperbanyak amal shalih sebagai penghapus dosanya.

Alhamdulillah, bersyukurlah kita karena Allah Subhanahu Wa Taal menetapkan hari-hari istimewa dalam bulan-bulan istimewa, sehingga kita bisa memanfaatkan kesempatan untuk meraih pahala sebesar-besarnya dan membersihkan diri dari segala dosa melalui ke Maha Pengampun dan ke Maha Kasih Sayang NYa.











3 komentar:

  1. Kalo udah Dzulhijah rasanya tu rindu berat pengen ke Baitullah lagi :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mom..Momtraveler, semoga Allah ijinkan kita berkunjung dan berkunjung lagi ke RumahNYA...aamiin

      Hapus
  2. semoga tahun depan bisa berkunjung kesana

    BalasHapus