Sabtu, 12 April 2014

Cinta Melintas Batas


Seringkali kita mendengar bahwa cinta itu tumbuh melalui kedekatan. Seringnya bertemu dan banyaknya kesamaan minat dan aktifitas mungkin menjadi alasan tumbuhnya cinta.

Tapi di era global seperti saat ini, yang dinamakan kedekatan bukan lagi mengacu pada jarak fisik. Ia lebih mengarah pada kedekatan emosional. Tak peduli lautan dan benua yang memisahkan, cinta bisa tumbuh selayak suburnya daun-daun Mapel selama musim semi. (Dih... emang pernah lihat? engga  :P hihihi).

Itulah Cinta, sesuatu yang absurd, sulit ditebak. Tak bisa diraba, tapi indah untuk dirasa. Dan bila cinta telah datang, ia bagai tamu tak diundang. Masuk tanpa permisi, mengetuk-ngetuk pintu hati.

Cinta yang terindah adalah cinta dalam dekapan ukhuwah. Cinta yang tumbuh karena kesamaan cinta kepadaNYA.


Cinta seperti itulah yang sering saya temukan dari teman-teman dan saudara-saudara saya tercinta. Kami belum pernah bertemu secara fisik, namun begitu kami berbicara, seolah ada magnet kuat yang mengikat rasa.

Cinta seperti itu pula yang tiba-tiba menyeruak antara saya dan sahabat saya nun jauh di benua biru.Raidah Athirah. Muslimah Indonesia yang mengikuti takdirnya hidup jauh dari Pertiwi tercinta. Seperti cinta pada sahabat-sahabat terkasih saya lainnya, Ia indah mengikatkan hati saya.

Bertemu hanya lewat media sosial, berbincang beberapa kali dan merasa klik, maka kamipun bak dua saudara lama. Dan demi bukti cintanya, ia mengirimkan saya hadiah. Jauh-jauh dari Hausegand, Norwegia. Sebuah buku cantik yang pasti meninggalkan jejak yang abadi.

Saya hanya bisa membalas kebaikannya dengan puisi indah untuknya, sahabatku  Raidah Athirah :


Dan  bunga-bunga bermekaran indah.
Di taman hati berhias kupu-kupu cantik.
Kecantikannya  membangkitkan kembali
nyawa jiwa yang hampir mati
tergerus kerasnya ujian kehidupan

Dalam dekapan ukhuwah
Cinta tumbuh tanpa meminta balas
Tulusnya menguatkan asa
Akan janji hari-hari indah
Dalam naungan CintaNYA

Wangi cinta semerbakkan ruang jiwa
yang hampir hampa karena putus asa
Meniti gelap terang hari-hari di dunia
Berharap akan terus terbawa
Hingga kita bersama bertemu dalam  surgaNYA


@Raidah Athirah : Kita terikat tali yang kokoh
                               Tali itu bernama Ukhuwah

11 komentar:

  1. Kok saya merinding ya..indah rasanya punya sahabat yg seperti saudara:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, terima kasih Mbak Kania Ningsih. maukah menjadi sahabat saya? :)

      Hapus
  2. dari media sosial pun kita bisa mendapatkan sahabat ya Mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget Mbak Keke Naimah, udah banyak yang membuktikan, silaturahmi dari mana saja :)

      Hapus
  3. Bahasa sastranya bener2 indah ya mbaa...hikks pengin bisa belajar nihh :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Mbak Chrisanty Putri, atas silaturahim dan sanjungannya :)

      Hapus
  4. Indah sekali yaaa, tali indah itu bernama Ukhuwah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya betul Mbak Astin ukhuwah memang memperindah jiwa dan kehidupan :)

      Hapus
  5. Senangnya... sejak gabung di IIDN aku juga dapat sahabat2 baru yang berasa jadi saudara..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahh..betul Mbak Dewi, dunia terasa lebih indah yaa :)

      Hapus
  6. Silaturahmi bisa terjalin dari mana saja. Saya pun merasakan jalinan pertemanan yang hanya melalui sosmed. Puisinya indak Mbak.

    BalasHapus